Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas

Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas


Seperti Anda ketahui bahwa pengajaran (instructional) dan pengelolaan kelas (managerial) merupakan dua kegiatan guru di dalam kelas yang berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keberhasilan pengajaran ditentukan pula oleh pengelolaan kelas yang baik. Walaupun kedua kegiatan ini berbeda, namun tujuannya satu, yaitu supaya tujuan yang telah ditetapkan dalam proses pembelajaran siswa tercapai. 

Pengelolaan kelas merupakan salah satu aspek dari pengelolaan proses belajar-mengajar yang paling rumit tetapi cukup menarik. Dikatakan rumit karena dalam pengelolaan diperlukan berbagai kriteria keterampilan, pengalaman, bahkan kepribadian, sikap, serta nilai-nilai yang dipegang oleh seorang guru, berpengaruh di dalam pengelolaan kelas. Dikatakan menarik karena di dalam pengelolaan kelas pada satu pihak memerlukan kemampuan pribadi serta ketekunan di dalam mengelolanya, sedangkan di pihak lain pengelolaan kelas saangat menentukan berhasil tidaknya pencapaian "tujuan instruksional" yang telah ditentukan.

Guru adalah pemimpin di dalam kelas. Sebagai seorang pemimpin guru akan menjadi
panutan siswa-siswanya. Berbicara guru sebagai pemimpin, kita ingat ada macam-macam tipe pemimpinan, yaitu : otoriter, demokratis, dan laissez faire.

1. Guru yang otoriter adalah guru yang ingin memaksakan kehendak kepada siswa-siswanya. Dia ingin siswa-siswanya tunduk kepada peraturan yang telah ditentukannya. Dia tidak maumenerima pendapat dari siswanya, walaupun rendapat itu ada benarnya. Suasana kelas selalu tegang dan penuh ketakutan. Guru yang semacam ini secara tidak langsung akan mencetak pribadi-pribadi seperti robot, dia tidak berani mengambil inisiatif, dia bekerja berdasarkan perintah dan tidak mau membantah walaupun mungkin perintah itu bertentangan dengan hati nuraninya.

2. guru yang demokratis, tidak memaksakan kehendak, dia selalu bermusyawarah dengan siswa-siswanya untuk mengambil suatu tindakan. Dengan demikian terjalin interaksi yang akrab tetapi terbatas dengan siswa-siswanya, sehingga terciptalah suasana kelas yang menyenangkan, tidak ada rasa takut, tetapi saling menghargai di antara anggota kelas yang ada.

3. Guru yang laissez faire adalah guru yang memberi ingin memberi kebebasan yang sebebas-bebasnya kepada siswa. Tujuannya supaya para siswa dapat bebas untuk bertindak, bekerja, atau belajar. tetapi kenyataannya siswa tidak bisa diberi kebebasan sebebas-bebasnya sebab dikhawatirkan mereka akan menyalahgunakaan kebebasan itu. yang baik adalah diberi kebebasan yang terbatas.

prinsip-prinsip yang perlu dipahami oleh seorang guru BI dalam pengelolaan
kelas seperti di bawah ini.

1. Kehangatan dan Keantusiasan
Guru harus dapat menciptakan suasana kelas yang menyenangkan, sehingga siswa
bergairah untuk belajar dengan kesadaran yang tinggi. Hal ini dapat tercipta jika guru BI
bersikap hangal dan akrab serta terus-menerus dapat menunjukkan antusiasnya terhadap tugastugas
yang diembannya, terhadap kegiatan-kegiatan yang harus dikerjakan, atau menunjukkan
kepedulian yang tinggi terhadap siswa-siswanya. Sikap hangat dan akrab ini tampak pada proses pembelajaran yang menunjukkan adanya
interaksi timbal balik antara guru dan siswa. Misalnya pada waktu para siswa mengerjakan LKS
(Lembar Kerja Siswa), guru selalu bersarna dengan mereka. Guru harus senantiasa memperhatikan
kegiatan para siswa satu demi satu. Jika ada tanda-tanda seorang siswa mengalami kesulitan, guru
mendekati dia dan menanyakan apa kesulitannya. Dengan demikian para siswa merasa selalu mendapat perhatian dan terjadilah keakraban di antara guru dan siswa. Jangan sampai terjadi,
pada waktu para siswa mengerjakan LKS, gurunya tidak berada di dalam kelas. Hal yang terakhir
ini menunjukkan tidak adanya keantusiasan guru dalam mengajar, dan tidak akan terjalin
keakraban di antara guru dan siswa

2. Tantangan
Baik dalam membuka dan menutup pelajaran, guru harus dapat "menantang" para siswa
supaya tetap bergairah untuk belajar. Membuka dan menutup pelajaran merupakan
keterampilan dasar guru yang harus dikuasai oleh setiap guru. Uraian tentang dasar mengajar
guru ini dapat Anda pelajari pada kesempatan mendatang. Pada waktu membuka pelajaran
guru harus "menantang" para siswa supaya mereka bergairah untuk belajar.
Bervariasi
Untuk mempertahankan kegairahan siswa dalam belajar dan supaya motivasi siswa tetap tinggi
dalam belajar, variasi dalam gaya mengajar, pemilihan teknik mengajar., serta interaksi yang
beragam sangat diperlukan. Keterampilan menggunakan variasi ini merupakan keterampilan
dasar mengajar yang secara mendalam, pada topik mendatang
Variasi dalam gaya mengajar diperlukan supaya siswa kita tidak bosan dengan gaya yang ituitu
saja. Sebaiknya kita jangan hanya duduk di belakang meja guru saja ketika mengajar, tetapi
usahakan berdiri. Posisi kita berdiri juga harus bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan.
Mungkin sesekali kita berdiri di sebelah kiri papan tulis, sesekali berdiri di sebeiah kanan papan
tulis. Bila perlu ketika kita menerangkan tidak ada salahnya sambil berjalan perlahan-lahan ke
belakang di antara meja-meja siswa sambil mencegah siswa yang mungkin kita perkirakan tidak
terlibat dalam pembelajaran ketika itu. Dengan demikian siswa akan merasa selalu
mendapat perhatian. Juga perlu diingat bahwa ketika kita menerangkan jangan sambil
memamkan penghapus atau kapur tulis dengan jalan melempar-lemparkan ke atas secara
perlahan-lahan (yang mungkin hal ini tidak kita sadari), juga jangan merokok bagi Bapak-bapak
Guru ketika mengajar.

3. Keluwesan
Adakalanya strategi yang telah kita rencanakan untuk dilaksanakaan dalarr suatu kelas tidak
dapat berjalan dengan baik, karena tidak ditunjang olehj kondisi kelas. Misalnya kita telah
merencanakan menggunakaan teknik diskusi j kelompok. Ternyata sebagian besar siswa belum 

mempunyai persepsi tentang hal-hal yang akan didiskusikan, sehingga diskusi tersebut "macet".
Kalau kit menghadapi hal semacam itu, maka kita harus mengubah teknik pengajara kita dari
teknik diskusi ke teknik tanya-jawab atau ceramah yang diselim tanya-jawab, Dengan
demikian kita harus "luwes" dalam pemilihan teknil mengajar. Begitu pula dalam tindakantindakan
kita yang lain diperluke keluwesan. Misalnya waktu menentukan kapan uiangan.
Seandainya Anda memberitahukan kepada para siswa bahwa ulangan pelajaran Bahasa
Indonesia pada hari Rabu minggu depan, kemudian para siswa serempak mengatakan bahwa
pada hari Rabu itu sudah ada dua ulangan, Anda tidak perlu terlalu kaku. Artinya Anda
tetap akan mengadakan ulangan pada hari Rabu itu. Anda bisa mengganti pada hari lain
dengan pertimbangan kalau ulangan sampai tiga pelajaran mungkin hasilnya kurang baik.

4. Penekanan pada Hal-hal yang Positif
Pada hakikatnya manusia itu ingin mendapat pujian. Oleh karena itu jika siswa kita
berbuat yang positif kita perlu memberi penguatan yang berupa pujian. Sebaliknya jika
siswa kita berbuat hal-hal yang negatif kita hindari ocehan atau celaan yang berlebihan,
apalagi kalau celaan itu di hadapan teman-temannya yang mungkin dapat menyinggung
perasaan.

Penguatan dapat berupa verbal atau nonverbal. Penguatan verbal berupa kata-kata
seperti "baik", "bagus", "tepat", "saya sangat menghargai pendapatmu" dan Iain-lain.
Misalnya salah seorang siswa Anda dapat menjawab secara tepat, lalu Anda beri
penguatan berupa verbal "Bagus jawabanmu" atau "Tepat sekali jawabanmu". Dengan
demikian siswa akan merasa senang, seakan-akan dia mendapat penghargaan dari
perbuatannya (yang berupa jawaban) itu. Dan secara tidak langsung akan mendorong
siswa-siswa yang lain untuk berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan
kepada mereka. Sebaliknya jika ada salah seseorang siswa Anda tidak dapat menjawab
secara tepat, jangan Anda kata-katai yang sekiranya dapat menyinggung perasaannya.
Misalnya "Salah jawabanmu itu", atau "Apa jawabanmu itu, kalau menjawab pakai otak
jangan pakai lutut" sambil Anda memegang lutut Anda.

Nah kalau hal semacam itu terjadi,
jangan diharap suasana dalam proses pembeiajaran itu menyenangkan. Malah mungkin siswa
yang Anda kata-katai itu akan menaruh dendam terhadap Anda atau membenci Anda,
yang akhirnya dia akan selalu pasif di dalam kegiatan belajar-mengajar.

Sebaiknya jika ada seorang siswa yang tidak dapat menjawab secara tepat, Anda
katakan "Kurang tepat jawabanmu itu" atau "Hampir benar jawabanmu itu" terus Anda
lemparkan pertanyaan itu ke kelas "Coba siapa di antara kalian yang dapat
menyempurnakan jawaban Erik ini?" Nah, jika Anda lakukan hal semacam ini keadaan
kelas akan tetap terjaga suasana emosionalnya dan tetap menyenangkan.
Penguatan yang berupa nonverbal misalnya perubahan mimik Anda, gerakan
anggota badan (acungan jempol, tepukan) atau anggukan kepala tanda setuju. Tujuan
pemberian penguatan ini ada lima, yaitu:
a) untuk meningkatkan perhatian siswa,
b) dapat memberi kemudahan belajar, menimbulkan motivasi siswa
c) untuk mengendaiikan atau mengubah tingkah laku siswa yang mengganggu dan
meningkatkan tingkah laku siswa yang produktif, serta mengarahkan perkembangan
siswa.

5 Penanaman Disiplin Diri
Guru sebagai "panutan" siswa-siswanya. Sehubungan dengan hal ini, jika guru menginginkan
siswa-siswanya berdisiplin, maka guru harus memberi contoh tindakan-tindakan yang disiplin.
Mengembangkan disiplin diri sendiri oleh siswa merupakan tujuan akhir dari pengelolaan
kelas. Oleh karena itu tujuan akhir ini akan tercapai, jika guru memberi contoh atau teladan
tentang pengendalian diri dan melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Kepemimpinan

Pengadaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan

Pendekatan Tingkah Laku Pada Kepemimpinan