Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik

Evaluasi hasil belajar terhadap setiap peserta didik perlu dilakukan agar diketahui perkembangan  mereka dari waktu ke waktu. Evaluasi hasil belajar peserta didik dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah dapat menampilkan performa sesuai yang di harapkan. Tanggung jawab untuk mengevaluasi belajar peserta didik berada di tangan pendidik. Agar evaluasi dapat mencapai sasarannya, para pendidik perlu mempedomani prinsip dan menerapkan teknik-tekniknya.
http://kemanadicari.blogspot.co.id/

Pada bab ini akan di bahas tentang: 1. Alasan perlunya evaluasi hasil belajar peserta didik:2 batasan evaluasi hasil belajar peserta didik: 3 tujuan dan fungsi evaluasi peserta didik:4 teknik-teknik evaluasi hasil belajar peserta didik: 5 kriteria – kriteria evaluasi hasil belajar peserta didik: 6. Tindak lanjut evaluasi hasil belajar peserta didik.






A. Alasan Perlunya Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik.


Mengapa evaluasi hasil belajar peserta didik perlu dilakukan? Karena dengan mengevaluasi peserta didik, maka dapat diketahui apakah proses belajar mengajar telah mencapai target yang diinginkan. Alasan – alasan itu sebagai berikut.

1. Kemampuan mengajar guru akan diketahui, setelah diadakan evaluasi.
2. Taraf penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran yang di berikan akan diketahui setelah diadakan evaluasi.
3. Tingkat kesukaran dan kemudahan bahan ajar yang diberikan kepada peserta didik akan diketahui, setelah diadakan evaluasi.
4. Letak kesulitan peserta didik akan diketahui, setelah diadakan evaluasi.
5. Dapat dimanfaatkan atau setidaknya sarana dan fasilitas pendidikan akan diketahui setelah adanya evaluasi
6. Setelah melihat hasil evalusi, macam macam remidi-remidi yang dapat diberikan kepada peserta  yang mengalami kesulitan akan diketahui.
7. Setelah diadakan evaluasi, tujuan – tujuan pengajaran yang telah dirumuskan akan diketahui seberapa tingkat pencapaiannya.
8. Pengelompokan peserta didik dapat diketahui.
9. Pengelompokkan peserta didik yang mendapatkan prioritas dalam bimbingan penyuluhan, dan yang tidak menjadi prioritas dapat diketahui setelah adanya evaluasi.

B. Batasan Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik


Kata evaluasi merupakan pengindonesiaan dari kata evaluation dalam bahasa inggris, yang lazim diartikan dengan penaksiran. Kata kerjanya adalah evaluate yang berarti menaksir dan menilai. Sedangkan orang yang menilai atau menaksir disebut evaluator (Echols 1975 ).
Secara terminologis, evaluasi dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:

a) Grounlund ( 1976 ) mengartikan evaluasi sebagai berikut:
……A systematic process of determining the extent to which instructional objectives are achieved by pupil.
b) Nurkancana ( 1983) menyatakan bahwa evaluasi dilakukan berkenaan dengan proses kegiatan untuk menentukan nilai sesuatu.
c) Raka Joni ( 1975) mengartikan evaluasi sebagai berikut:
Suatu proses di mana kita mempertimbangkan sesuatu barang atau gejala dengan mempertimbangkan patokan – patokan tertentu:
Patokan- patokan mana yang mengandung pengertian baik- tidak baik, mamadai-tidak memadai, memenuhi syarat-tidak memenuhi syarat. Dengan perkataan lain kita manggunakan value judgement
Berdasarkan  pengertian – pengertian di atas sangatlah jelas bahwa evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai seseorang dengan menggunakan patokan-patokan tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Evaluasi hasil belajar peserta didik adalah suatu proses menentukan nilai prestasi belajar peserta didik dengan menggunkan patokan –patokan tertentu guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya.
Sebelum dilakukan evaluasi, terlebih dahulu dilakukan pengukuran. Secara etimologis, pengukuran merupakan terjemahan dari measurement ( Echols, 1975 ). Secara terminologis, pengukuran diartikan sebagai suatu usaha untuk mengetahui sesuatu sebagaimana mestinya.

C. Tujuan Dan Fungsi Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik.


Tujuan evaluasi dikemukakan oleh Bukhori ( 1980 ) sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kemajuan anak didik setelah si terdidik menyadari selama jangka waktu tertentu.
2. Untuk mengetahui efisiensi metode pendidikan yang dipergunakan selama jangka waktu tertentu.
Sedangkan fungsi evaluasi dikemukakan oleh Sahertian ( 1979 ) sebagai berikut:
1. Untuk memberikan motivasi terhadap hal belajar mengajar.
2. Untuk melengkapi informasi mengenai kemajuan belajar dan kemunduran murid, dapat pula berfungsi sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kenaikan siswa.
3. Untuk menetukan murid dalam suatu kemajuan tertentu.
4. Untuk memperoleh data bagi pekerjaan bimbingan dan penyuluhan.
5. Untuk memberikan informasi kepada guru, murid dan orang tua tentang apa dan sampai di mana hasil kemajuan yang di capai murid-murid di sekolah.
Jelaslah bahwa tujuan dan fungsi evaluasi adalah untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik menampilkan performa sebagaimana yang dikehendaki ( sudah sesuai atau belum, sudah benar atau belum). Pengetahuan mengenai peserta didik dimikian, dimaksudkan untuk mengambil keputusan- keputusan penting mengenai peserta didik: apakah perlu di beri pengayaan, nasihat, bimbingan penyuluhan, dipromosikan, dinaikkkan kelas, diluluskan, dimutasikan, dan sebaginya. Dengan kata lain, dengan adanya evaluasi akan dapat diambil langkah- langkah penting yang berkaitan dengan peserta didik.
D. Teknik- Teknik Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik.
Teknik adalah suatu cara yang dapat di tempuh oleh seseorang dalam melakukan sesuatu. Berarti teknik evaluasi adalah suatu cara yang di tempuh oleh seseorang dalam mengadakan evaluasi.
Secara garis besar, teknik evaluasi dapat dibedakan menjadi dua golongan besar, yakni tes dan nontes. Segala jenis teknik evaluasi yang tidak dapat digolongkan ke dalam tes, dapat dikategorikan menjadi teknk nontes.

• Tes

Tes adalah terjemahan dari kata test dalam bahasa inggris, yang berarti ujian. Kata kerja transitifnya berarti menguji dan mencoba. Orang yang mengetes disebut tester, sedangkan yang di tes disebut dengan testee ( Echols, 1975 )
Secara terminologis, tes dapat diartikan sebagai sejumlah tugas yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain, dan orang lain tersebut ( yang di tes ) harus mengerjakannya. Pengerjaan tugas tersebut haruslah sesuai dengan yang dikehendaki oleh orang yang memberi tes. Lama kelamaan, pihak yang memberi tugas tidak monopoli orang per orang melainkan lembaga atau badan tertentu. Pemberi tugas akhirnya tidak terbatas pada orang saja melainkan sudah mengarah ke lembaga. Meskipun demikian, dalam mengoperasikan pelaksanaan tes tersebut, juga masih menggunakan tenaga manusia.
• Jenis – Jenis Tes
Ada banyak jenis tes sesuai dengan sudut pandang para ahli. Dilihat dari segi waktu pelaksanaanya, tes dapat dibedakan atas tes formatif dan tes sumatif. Yang dimaksud dengan tes formatif adalah suatu tes yang dilaksanakan setelah selesai pokok bahasan tertentu. Maksud tes format adalah untuk mengetahui seberapa jauh pokok bahasan yang baru saja diberikan  telah diserap  oleh peserta didik. Atau, target yang telah ditentukan sebagaimana yang tercantum dalam tujuan pembelajaran dapat diketahui melalui tes formatif ini.
Mengingat tes formatif dapat digunakan untuk mengukur seberapa jauh peserta didik dapat menampilkan performansi sebagaimana yang dikehendaki dalam tujuan pembelajaran yang di berikan, maka dapat menjadi umpan balik guru. Tes itu dapat memberikan informasi bagi guru, apakah pembelajaran yang diberikan telah berhasil atau belum. Guru akan dapat mengambil langkah- langkah perbaikan berkaitan dengan pembelajarannya, setelah mengetahui hasil tes formatif ini. Berdasarkan tes formatif, guru dapat mencocokkan apakah hasil belajar peserta didik telah sesuai dengan standar yang ia tentukan ataukah belum.
Tes sumatif adalah tes yang dilaksanakan pada akhir periode tertentu. Jika pada tes formatif, aksentuasinya adalah untuk mengetahui tingkat penyerapan peserta didik terhadap suatu pokok bahasan, maka tes sumatif ini adalah untuk mengetahui daya serap peserta didik terhadap keseluruhan pokok bahasan yang dipaketkan untuk suatu periode tertentu. Dengan perkataan lain, jika tes formatif bermaksud mengetahui daya serap peserta didik terhadap materi atau pokok bahasan secara parsial, maka tes sumatif bermaksud mengtahui daya serap peserta didik terhadap pokok bahasan secara integratif.

Daya serap peserta didik terhadap pokok-pokok bahasan pada tes sumatif ini,disamping dibandingkan dengan standar yang di buat oleh guru, juga dibandingkan dengan keseluruhan peserta didik yang mengikuti tes. Dengan demikian, akan diketahui prestasi didik secara individual dan prestasi peserta didik setelah dibandingkan dengan kelompoknya.
Dilihat dari segi bentuknya, tes dapat dibedakan atas tes subjektif dan objektif. Yang dimaksud dengan tes subjektif adalah suatu tes, yang para peserta didiknya harus mengerjakan dengan memberi uraian atas soal-soal yang diteskan. Sementara itu, tes objektif adalah suatu tes yang jawaban soal tes-tesnya telah tersedia teste tinggal memilih saja. Baik tes objektif maupun tes subjektif, sama – sama mempunyai kelebihan dan kekurangan. Tes subjektif, umumnya membuat peserta didik tidak bisa menebak jawaban tetapi kekurangannya adalah materi yang diteskan tidak bisa menyeluruh. Sebaliknya tes objektif, meskipun materi yang diteskan dapat lebih menyeluruh, tetapi tidak jarang dalam memberikan jawaban, peserta tes biasanya tinggal menebak-nebak saja.
Tes subjektif terdiri atas uraian bebas, tes uraian terbatas, dan tes isian. Tes uraian bebas adalah suatu tes yang peserta tesnya boleh menjawab dengan memberikan uraian bebas, sedangkan tes uraian terbatas adalah suatu tes yang peserta tesnya hanya boleh memberikan uraian sesuai  dengan batasan yang diberikan oleh tester. Sementara itu, tes isian adalah suatu tes yang pesertanya memberikan jawaban dengan cara mengisi titik- titik pada soal tes.
Tes obejektif terdiri atas tes benar- salah, pilihan ganda, dan menjodohkan. Tes benar salah mengharuskan peserta tes untuk memilih jawaban benar (B) jika pernyataan dalam soal tes benar, dan mengharuskan memilih salah (S) jika pernyataan dalam soal tes salah. Tes pilihan ganda adalah suatu tes yang peserta tesnya tinggal memilih jawaban – jawaban yang tersedia, dengan cara melingkari atau menyilang huruf-huruf jawaban. Tes menjodohkan adalah suatu tes yang peserta tesnya harus menjodohkan pasangan – pasangan yang ada pada bagian soal tes dan bagian jawaban tes.
Berdasarkan materi yang akan diukur pada diri testee, tes dapat dibedakan atas pre-test dan post-test. Pre-test adalah suatu tes yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan prasyarat mengenai apa yang akan diajarkan telah ada pada diri testee, sementara post-test adalah suatu tes yang dimaksudkan untuk mengetahui keberhasilan suatu materi yang diajarkan kepada peserta didik dibandingkan dengan hasil pre-testnya. Oleh karena itu, adanya pre-test mengharuskan diadakan post-test, dan demikian juga sebaliknya.
Selain itu, tes dapat juga dibedakan atas tes proses,tes hasil, dan tes dampak. Tes proses dimaksudkan untuk mengetahui proses suatu kegiatan, tes hasil dimaksudkan untuk mengukur hasil dari suatu kegiatan yang telah didapatkan, sementara tes dampak bermaksud mengukur dampak suatu kegiatan terhadap orang yang di kemudian hari.
Ditinjau dari segi kebakuan tes, tes dapat dibedakan atas tes buatan guru dan tes standar. Tes buatan guru adalah suatu tes yang tidak terlalu penting dipersoalkan validitas dan realibilitasnya dan lazimnya disusun oleh guru tanpa bantuan para ahli di bidang tes dan ahli dibidang studi tertentu. Sementara tes terstandar adalah suatu tes yang memenuhi prasyarat-prasyarat: validitas, reliabilitas, ke praktisan dan lainnya. Tes terstandar umumnya dibuat oleh suatu tim (guru, ahli psikologi dan ahli di bidang studi) yang sebelum diteskan, diuji dahulu validitas, reliabilitas, kepraktisan dan daya bedanya.
Ditinjau dari cara penyampainnya, tes dapat dibedakan atas tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Tes tertulis adalah suatu tes yang peserta tesnya diberi soal – soal secara tertulis dan ia dituntut juga untuk memberikan jawaban secara tertulis. Tes lisan adalah suatu tes yang peserta tesnya diberikan soal secara lisan dan diharapkan memberikan jawaban secara lisan. Tes perbuatan adalah suatu tes yang peserta tesnya diberikan soal dan diharuskan menampilkan performansi tertentu sesuai dengan yang dikehendaki oleh tester.
Ditinjau dari jenis kemampuan yang hendak diukur, tes dapat dibedakan atas: tes intelegensi, tes bakat, tes minat, tes prestasi belajar dan tes kepribadian. Tes intelegensi adalah yang bermaksud untuk mengukur kemampuan umum atau kecerdasan yang dimiliki oleh testee. Tes bakat adalah tes yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan khusus atau bakat testee. Tes minat adalah suatu tes yang dimaksudkan untuk mengetahui minat seseorang akan suatu pekerjaan tanpa mempertimbangkan apakah pekerjaan tersebut menguntungkan secara finansial ataukan tidak. Tes prestasi belajar adalah suatu tes yang dimaksudkan untuk mengukur peserta dengan perolehan belajar testee, setelah yang bersangkutan melaksanakan aktivitas belajar yang dirancang oleh guru. Sementara itu, tes kepribadian dimaksudkan untuk mengukur integritas dan konsistesnsi peserta tes.

• Persyarata Tes
Ada beberapa pesyaratan tes yang baik, yakni validitas, reliabilitas, dan kepraktisan. Yang dimaksud dengan validitas tes adalah tes yang bertujuan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Ini berarti bahwa, jika suatu tes bermaksud mengukur aspek afektif dari diri peserta tes, muatan yang ada di dalamnya bukanlah muatan kognitif. Jika hal demikian terjadi, maka tes tersebut tidak dapat mengukur apa yang hendak diukur.
Validitas sendiri, dapat dibedakan atas validitas isi, validitas kriterium, dan validitas konstruk. Validitas isi adalah terdapatnya kesesuian isi kurikulum dengan butir-butir tes yang akan diteskan. Butir – butir itu haruslah mewakili kandungan materi yang akan diteskan, yang lazimnya telah ada pada kurikukum. Karena itu, validitas isi lazim juga dikenal dengan validitas kurikuler. Agar suatu tes terjamin validitas isinya, dalam pembuatan tes haruslah membuat kisi-kisi tes, sehingga dapat mewakili keseluruhan aspek yang hendak diukur. Aspek- aspek yang hendak diukur tersebut, disamping materinya itu sendiri , juga wilayah kemampuan yang akan diukur. Wilayah kemampuan yang akan diukur ini dikenal dengan domain, yaitu domain kognitif, domain efektif dan domain psikomotoris. Selain itu, guna menjamin validitas isi, setelah tes dibuat terlebih dahulu dimintakkan pertimbangan kepada para ahli atau expert judgement.
Validitas kriterium lazim juga dikenal dengan validitas empiris, karena validitas kriterium adalah validitas yang diuji dengan cara membandingkan hasil suatu tes (yang diuji) dengan kriterium yang telah ditentukan. Pengujian dilakukan secara empiris, pada saat validitas isi pengujian disusun secara konseptual, maka validitas kriterium dibuat secara nyata atau empirik. Ada dua macam validitas kriterium yakni validitas prediksi dan validitas konkruen. Validitas prediksi merupakan tes yang dapat memprediksi atau meramalkan kemampuan peserta tes di masa- masa yang akan datang: sementara validitas konkruen adalah validitas yang cara penentuannya dilakukan dengan menghubungkan nilai testee dengan ukuran kriteria yang diadakan pada saat yang sama atau dengan jarak waktu yang pendek sekali.
Validitas konstruk berkenaan dengan seberapa jauh suatu tes dapat diinterpretasikan dalam konstruk psikologis tertentu. Adapun proses yang dapat ditempuh adalah: mengidentifikasi konstruk yang diperikirakan dapat dipertanggungjawabkan melalui hasil tes: mencari hipotesis yang berkaitan dengan hasil tes dari teori-teori yang mendasari setiap konstruk, dan membuktikan hipotesis dengan cara yang logis dan empiris.
Persyaratan tes yang baik kedua adalah reliabilitas. Yang dimaksud dengan reliabilitas adalah ketepatan, keterandalan, atau tingkat kepercayaan suatu tes. Artinya, suatu tes tidaklah berubah kualitasnya meskipun dipergunakan untuk mengukur dalam situasi yang lainnya. Jika kita mengukur suatu variable berkali-kali dengan menggunakan instrumen yang sama ternyata hasilnya sama, maka instrument tersebut mempunyai reliablitas yang memadai.
Persyaratan tes yang ketiga adalah kepraktisan, yang dimaksud dengan kepraktisan adalah tes yang telah disusun dapat langsung dilaksanakan. Ini sangat penting, karena meski tes itu bagus, jika tidak dapat dilaksanakan akan sia – sia. Kepraktisan tes juga dapat berhubungan dengan segi ekonomis tes. Artinya, pengerjaan tes yang tidak memakan banyak waktu tersebut, ternyata sudah dapat menggambarkan kemampuan testee.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Kepemimpinan

Pengadaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan

Pendekatan Tingkah Laku Pada Kepemimpinan